Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate menyatakan Program Strategis Konektivitas Digital ditujukan untuk menjadi akselerator transformasi dan reaktivator pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
"Program-program ini tidak saja menjadi prasyarat bagi transformasi digital, tetapi juga menjadi akselerator bagi transformasi dan reaktivator untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional di saat pandemi Covid-19,” ujarnya dalam acara Peluncuran Program Konektivitas Digital 2021 dan Prangko Seri Gerakan Vaksinasi Nasional Covid-19, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (26/02/2021).
Johnny menyatakan, Kementerian Kominfo menjalankan beberapa program strategis berupa pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan program pengembangan sumber daya manusia (SDM) atau talenta digital nasional.
"Melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi BAKTI, Kominfo bersama para mitra penyedia terpilih menandatangani kontrak payung untuk proyek penyediaan jaringan telekomunikasi di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T)," ungkapnya.
"Penyelenggaraan proyek ini terdiri dari lima paket kontrak payung tahun anggaran tahun 2021 sampai dengan 2024, yang terdiri dari unsur capital expenditure dan operational expenditure seluruhnya sejumlah Rp 28,3 triliun yang akan didanai pada setiap tahun anggaran dari komponen Universal Service Obligation (USO), sebagian dari alokasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor Kominfo, dan Rupiah Murni (RM)," jelasnya.
Johnny juga memaparkan kontrak Paket 1 dan Paket 2 yang telah ditandatangani pada 29 Januari 2021 antara Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data dengan BAKTI Kominfo dengan total nilai kontrak sebesar Rp 9,5 triliun.
"Sedangkan saat ini, kita akan menyaksikan penandatanganan kontrak Paket 3, 4, dan 5 oleh konsorsium PT Aplikanusa Lintasarta, Huawei, dan PT SEI untuk Paket 3, serta IBS dan ZTE untuk Paket 4 dan Paket 5 dengan total nilai kontrak Rp 18,8 triliun," tandasnya.
Adapun proyek pembangunan Satelit Multifungsi SATRIA-1 yang dilakukan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) telah memasuki tahap pemenuhan pembiayaan proyek.
Menkominfo menjelaskan, proyek kerja sama dengan PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) ini menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) produksi Thales Alenia Space (TAS) dari Prancis, dengan rocket launcher produksi Space-X, yaitu Falcon 9-5500 dari Amerika Serikat.
"Satelit SATRIA-1 akan digunakan untuk penyediaan akses internet bagi 150.000 titik layanan publik. 150.000 titik layanan publik tersebut terdiri dari 3.700 fasilitas kesehatan, 93.900 sekolah dan pesantren, 47.900 kantor desa kelurahan dan 4.500 titik layanan publik lainnya," lanjutnya lagi.
Tidak tanggung-tanggung Jhonny menjelaskan bahwa adanya kecepatan akses internet melalui Satelit SATRIA-1 yang ditujukan untuk wilayah Terpencil, Terluar dan Tertinggal (3T) itu akan mencapai kecepatan data internet 1Mbps.
"Total kapasitas transmisi satelit sebesar 150Gbps, maka setiap titik akan mendapatkan kapasitas dengan kecepatan sebesar 1 Mbps," jelasnya.
Meski saat ini proses penyelesaian akhir pendanaan Satelit SATRIA-1 itu belum rampung, namun Menkominfo Jhonny optimis bahwa Satelit Multifungsi SATRIA-1 itu dapat dioperasikan pada tahun 2023.
"Sesuai jadwal yang disepakati, maka satelit SATRIA-1 diharapkan dapat beroperasi pada kuartal ketiga tahun 2023," tutup Jhonny.
Sumber berita : wartaekonomi.co.id; beritasatu.com
Silahkan Subscribe Email anda untuk mendapatkan informasi terbaru